26 Desember 2007

Angan-Angan Seputar Wide Area Network (WAN)

Pemanfaatan Teknologi Informasi ( TI ) tak dapat dipisahkan dalam era digital sekarang ini. Berkembangnya dunia usaha/industri, hiburan, jasa hingga pendidikan pun tak bisa dilepaskan dari jasa TI ini. Sejak ditemukannya internet oleh ARPANET (Advanced Research Project Agency) untuk keperluan militer pada tahun 1969 di Amerika Serikat yang pada konsepnya awalnya merupakan merupakan suatu jaringan komputer, yang mana suatu paket informasi dapat dikirim dari suatu komputer ke komputer yang lain. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pemindahan berbagai data penting apabila terjadi perang. Pada perkembangannya kemudian Internet digunakan oleh kalangan akademis (UCLA) untuk berbagai keperluan penelitian dan pengembangan tehnologi. Dan baru setelah itu Pemerintah AS memberikan ijin ke arah komersial pada awal tahun 1990. Kendala Penetrasi Internet Saat ini untuk membangun sebuah Wide Area Network (WAN) di sebuah kota/kabupaten dapat dikatakan cukup sulit, namun bukan hal yang tidak mungkin. Banyumas misalnya dengan jumlah penduduk lebih dari 1,5 juta jiwa dengan kondisi geografisnya yang cukup luas sebenarnya masih memungkinkan untuk dibuat Pangkalpinang Cyber City.Namun beberapa hambatan yang ada diantaranya :

  • Kendala penetrasi internet didaerah adalah infrastruktur. Saat ini Telkom sebagai salah satu Internet Service Provider (ISP) dengan telkomnet instan / Flexy nya diberbagai daerah, namun masih belum bisa menjangkau wilayah pinggiran/pelosok.
  • Untuk menyiasatinya mungkin perlu dibuat koneksi non kabel ( wireless ), misalnya mengambil koneksi langsung ke satelit kemudian membuat access point dan membangun beberapa repeater didaerah tersebut, namun membuat koneksi model seperti ini memakan biaya yang tidak sedikit.
  • Mahalnya biaya bandwith juga berperan mengambat penyebaran internet
  • Terlepas dari ada atau tidaknya koneksi internet, hal mendasar yang perlu diingat adalah tidak semua orang mengerti perlu tidaknya internet bagi kita. Saat ini yang cukup ironis banyak guru yang merupakan ujung tombak pendidikan masih awam apa itu internet.

Membangun Wide Area Network
Wide Area Network (WAN) merupakan jaringan (network) komputer yang luas secara geografik. Maksudnya, satu
WAN terdiri dari dua atau lebih local-area networks (LAN). LAN itu jaringan komputer yang tidak luas, misalnya kebanyakan LAN terbatas di satu gedung atau beberapa gedung saja. Komputer-komputer yang disambung
ke wide-area network sering dihubungkan melewat jaringan umum (public networks), seperti sistem telepon (internet).
Sejak dibukanya kran licensi 2,4 GHz oleh pemerintah bagi kepentingan industrial, scientific, dan medical (ISM) merupakan celah positif bagi perkembangan penetrasi internet. Salah satu butir kepmen 2 Tahun 2005 tentang pita frequency ini menyebutkan bahwa pihak yang menggunakan frequensi ini dibebaskan dari biaya hak penggunaannya (BHP) namun harus mematuhi aturan yang ada sehingga tidak terjadi tumpang tindih antar pemakai dalam channel/frekuensi yang sama. Dalam membangun Cyber City penggunaan wire (kabel) untuk dapat menjangkau daerah yang cukup jauh jelas tidak mungkin, solusinya adalah menggunakan koneksi wireless. Pengalaman penulis membuat koneksi dibeberapa tempat seringkali terbentur kondisi geografis. Koneksi yang menggunakan radio frekuensi 2.4 2.4835 GHz ini menggunakan metode Line of Sight (LoS) alias tidak boleh ada sesuatu yang menghalangi dari radio pemancar (access point) hingga ke client bridges, baik itu gedung, pohon maupun bukit. Jika
kebetulan diantara Access Point hingga ke Client menjumpai kendala seperti di atas solusinya kita perlu
membuat repeater. Contoh kecil di Pangkalpinang sendiri sudah ada WAN Pangkalpinang yang dimotori ICT Center Pangkalpinang, saat ini beranggotakan 80-an sekolah SMA/SMK/Aliyah/SMP/Tsanawiyah/SD. Melalui 5 titik repeater ringroad yang masing-masing ketinggiannya 40 meter, sekolah-sekolah yang terkoneksi dapat memanfaatkan berbagai fasilitas yang bisa dikembangkan, misalnya e-learning maupun sistem
informasi sekolah online. Memang tidak mudah untuk mewujudkan hal ini, butuh edukasi berulang-ulang dan
berkelanjutan. Yang menjadi masalah sekarang ini mungkin kecilnya kesadaran, minat dan kebutuhan umumnya bagi pendidik (guru). Mahalnya biaya pembuatan tower dan perangkat radio juga turut andil dalam hal ini. Namun jika semua pihak mau duduk bersama, solusi jitu membangun Wide Area Network maupun RT/RW Net adalah patungan. Untuk masing-masing dinas/instansi/ rumah yang lokasinya berdekatan dengan acces point/repeater dan jaraknya
kurang dari 100 meter cukup menggunakan kabel UTP. Selebihnya perlu disiasati menggunakan pipa sebagai
tiang antena dan radio selama masih dalam radius Line of Sight (LoS). Ini artinya satu masalah teratasi.
Awalnya Wireless Radio 2.4 GHz ini dijual mencapai belasan juta rupiah sepasang. Namun dengan semakin banyaknya vendor yang memproduksi radio ini harga barang ini turun hingga kisaran Rp 500.000,- hingga Rp
1 jutaan per unitnya.

Cyber City adalah kebutuhan dan bukan proyek sesaat

Yang cukup disayangkan, pada banyak kasus yang kami amati dibeberapa daerah membangun Wide Area Network
sebagai pondasi Cyber City hanya dijadikan proyek sesaat. Bisa jadi proyek ini awalnya tidak diikuti dengan konsep yang matang dari ICT / pemerintah setempat. Anda saja ditiap kecamatan tersedia akses wireless ke Pemerintah Daerah setempat, proses urusan KTP, perijinan dan lainnya akan dapat selesai dalam waktu singkat. Dalam kasus ini intranet/internet sebagai alat bantu TI akan mendorong e-Government & efisiensi proses. Masalah akan timbul ketika teknologi komunikasi informasi ini tidak diikuti dengan kualitas SDM yang memadai. Tidak sedikit alat bantu TI mangkrak karena tak ada maintenance yang berkelanjutan. Mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan sudah saatnya membentuk komunitas yang lebih luas. Bergabungnya beberapa LAN sekolah dalam sebuah Wide
Area Network memberikan kemudahan bagi guru dan peserta didik. Proses pembelajaran tak harus bertatap
muka. Guru, peserta didik dan masyarakat luas jagat maya yang berminat atau memang memerlukannya, dapat
ikut memanfaatkan materi-materi kuliah yang disajikan on-line yang pada umumnya berbasis web tidak perlu
lagi dibatasi oleh ruang dan waktu seperti pada cara-cara konvensional sekarang ini. Hadirnya konsep e-learning lewat Course Management System (CMS) yang banyak dimotori oleh gerakan open source makin mempermudah transformasi pembelajaran. Konsep e-learning yang dapat kita download gratis diinternet seperti www.atutor.ca menawarkan begitu banyak kemudahan dalam proses transformasi ilmu.

14 November 2007

Welcome to My Personal Online Library

Selamat datang di blog ini. Ini menjadi media interaktif untuk bertukar pikiran dengan pengunjung blok ini. Blog ini dalam proses pembuatan sehingga akan mengalami perubahan-perubahan. Untuk itu mohon komentarnya terhadap blog ini dan kontents yang harus diisi. Terima kasih atas kunjungan dan komentar anda.